
IBC, JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Kemearitiman menanggapi terkait Bahasa Inggris Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang medok (kental – red) Jawa.
“Ada yang bilang bahasa Inggris Pak Jokowi medok Jawa. Memang betul. Saya juga medok, tapi medok Batak.” kata Luhut sapaan akrab Luhut di laman akun Facebook pribadinya, Selasa (2/7/2019).
Luhut menambahkan seraya bertanya lantas apakah kita harus malu dengan lidah Indonesia kita?
“Saya tidak setuju, karena saya bangga jadi orang Indonesia, dan saya bangga dengan logat Batak saya.” tambahnya.
Menurut Luhut selama dirinya mendampingi Presiden Jokowi di KTT G20 di Jepamg, Presiden Jokowi selalu berbahasa Inggris dengan lancar dalam berkomunikasi.
“Saya mendengar Beliau selalu berbahasa Inggris dengan lancar dalam setiap komunikasinya dengan pimpinan negara lain. Kalau bahasa Inggrisnya tidak baik, maka tidak mungkin seperti Ivanka Trump atau para pimpinan negara lain sampai ketawa-ketawa saat berbincang dengan Beliau.” ungkapnya.
Mantan Menko Polhukam ini juga mengatakan tidak hanya Presiden Jokowi yang medok tapi pemimpin negara lain seperti dari Jerman dan Prancis. Mereka medok juga, tapi medok ala Jerman dan Prancis.
“Tidak hanya terhadap Pak Jokowi, saya juga memperhatikan aksen dari pemimpin negara lain seperti dari Jerman dan Prancis. Mereka medok juga, tapi medok ala Jerman dan Prancis. Artinya setiap bangsa punya logat khasnya masing-masing. Jadi, tidak perlu kita menilai rendah seseorang hanya karena aksen bahasa Inggrisnya.” kata Luhut.
Dirinya menjelaskan selama di KTT G20 seharusnya Presiden Jokowi menerima 17 permintaan pertemuan bilateral dari negara lain, tapi karena waktu itu harus menunggu pengumuman Mahkamah Konstitusi sebelum bertolak ke Jeoang, maka pertemuan bilateral jadi banyak dikurangi.
“Ini adalah bukti betapa populernya Indonesia sekarang di kalangan anggota G20 yang notabene merupakan negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia.” jelasnya.
Perlu diketahui pertemuan bilateral Presiden Jokowi dengan pemimpin negara lain di KTT G20 lalu salah satu di antara pertemuan yang terlaksana adalah bersama Raja Salman dari Arab Saudi, di mana Beliau berkomitmen untuk membuat kerja sama dua negara menjadi lebih dekat lagi.
Lainnya adalah pertemuan dengan Presiden Erdogan dari Turki yang berlangsung sangat bersahabat. Bahkan Setiap ada masalah menyangkut Timur Tengah, Presiden Erdogan selama ini sering menelpon langsung Presiden Jokowi. Dalam pertemuan itu juga dibahas kerja sama industri pertahanan. Kemarin disepakati bahwa LAN, PT PAL dan PT DI akan dilibatkan dalam kerjasama dengan skema transfer teknologi dari Turki yang sudah sesuai dengan standar NATO
Pertemuan dengan World Bank juga berjalan sangat baik, di mana mereka akan melanjutkan bantuannya untuk mendorong proyek SDG’s di Indonesia yang akan diinkubasi dalam skema blended finance.
Kemudian Pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping juga berjalan sangat baik sama seperti yang lainnya, di mana kedua negara sepakat menyusun struktur special fund dengan bunga yang murah untuk perusahan-perusahaan Tiongkok yang investasi di Indonesia dan partnernya yaitu perusahaan – perusahaan Indonesia. Dengan demikian perusahaan Indonesia bisa ikut menikmati bunga pinjaman yang lebih murah. Dalam skema kerja sama B to B (business to business) kedua negara, pemerintah Indonesia tidak akan membuat government guarantee sehingga tidak akan membebani debt to GDP kita.
Selanjutnya Luhut mengajak sudah cukuplah dengan perbedaan-perbedaan yang muncul di pilpres lalu, jangan lagi kita buka.
“Mari kita menatap 5 tahun ke depan dengan penuh optimis. Negara ini harus tetap kompak untuk membangun. Sama seperti Pak Jokowi yang saya lihat komitmennya tidak ada habis-habisnya untuk membangun Indonesia.” pungkasnya.
Penulis : Fitra
Editor : YES
from Indonesia Berita https://ift.tt/2Yq9kjT
via gqrds

Tidak ada komentar:
Posting Komentar